Senin, 22 September 2008

semua membisu.

semua membisu

ketika negri ini hiruk pikuk,
tentang degradasi moral,
ketika birokrat berbuat nekad,
menabrak norma, etika dan tanpa santun,
dan ketika negara menjadi carut marut,
karena penguasa dan pengusaha berselingkuh,
menguras habis kekayaan sumber daya alam,
maka,
kutanya pada bulan,
ia membisu,
akupun tanya pada bintang,
malah menghilang tersapu awan,
lantas,
akupun bertanya pada diri sendiri,
tak satupun jawab kudapat,
semua membisu,
kelu.

yogya, 22 sept 08

Rabu, 17 September 2008

bukakan pintu surga

Tuhan bukakan pintu surga,

aku tak tahu harus bicara apa,
ketika saudaraku ditimpa petaka,
ketika harus berebut berdesak-desakan sesama saudara,
hanya untuk sejumlah kertas berharga,
tiga puluh ribu rupiah,
hati ini menangis teriris penuh luka,
melihat mereka beringas haus akan rupiah tak seberapa,
saling sikut, saling injak dan akhirnya,
jatuhlah kurban satu persatu,
maut menjemput,
uang tak didapat nyawapun meregang,
habislah sudah riwayat,
aku tak tahu harus bicara apa,
kecuali doa bagi yang tiada,
kiranya Tuhan menjemput mereka,
tolong Tuhan tolonglah mereka,
bukakan pintu surga,
bagi mereka yang teraniaya,
dan limpahkan anugerah hidup abadi bersamaNya.


yogya, 17 0908

Minggu, 14 September 2008

muna

muna


kata Samuel di parodi kompas,
kita semua kaum muna,
kaun munafik yang suka obral janji,
janji dikemas dalam rayuan manis,
dengan menjual ayat-ayat sakral ketika kampanye,
sementara dirinya bukanlah sufi,
yang berhak untuk menyuarakan ayat-ayat kudus,
karena dirinya belepotan dosa karena muna,
ketika birokrat berkata,
kita berantas ka ka en,
sementara dirinya gemar menerima upeti,
dan berselingkuh dengan pat gulipat,
ketika seorang pendidik berkata,
anak-anak harus rajin dan pandai,
sementara dirinya dengan cerdik
justru melecehkan norma pendidikan,
dengan mengobral jawaban ketika unas berlangsung,
ketika seorang pengkotbah mengumbar sejuta ayat,
sementara dirinya getol melakukan pelacuran norma agama itu sendiri,
kita semua kaum muna,
karena tak pernah setia pada kata dan perbuatan,
padahal apalah artinya iman,
ketika tidak dibarengi dengan perbuatan,
iman tanpa perbuatan adalah sia-sia.



Yogyakarta 14 Sept 08

Kamis, 11 September 2008

kidung sunyi

kidung sunyi

malam semakin sepi,
ketika tubuh kekar tergolek,
setelah seharian dipaksa untuk bekerja keras memeras keringat,
menanggung beban berat kehidupan,
sementara aku duduk terpekur,
di samping tubuh kekar suamiku,
maafkan suamiku,
engkau harus pontang panting berpeluh keringat,
karena beban hidup semakin berat,
sementara engkau terlelap,
kukidungkan kidung sunyi,
bersama kudaraskan doa,
memuji dan memohon penuh pinta,
agar engkau besuk pagi bangun dengan tubuh bugar,
untuk bekerja mendulang sesuap nasi,
bagi aku istrimu dan si bocah mungil,
buah cinta kita,
maafkan suamiku,
kukidungkan kidung sunyi,
untuk menghiburmu,
kidung sunyi malam ini,
sungguh kidung suci hati ini,
yang telah terikat janji suci,
kita takkan berpisah kecuali oleh maut dan kematian,
kidung sunyi saksi kehidupan kita berdua.


yogya, 11 Agust 08.

Minggu, 07 September 2008

mak, jangan susah.

emak,

emak jangan susah,
jangan menatap seperti itu,
aku tahu emak sayang aku,
tak apalah mak,
tak apa aku tak sekolah,
karena kutahu itu tak mungkin,
tapi mak,
aku kan tetap belajar,
karena di rumah singgah,
ada ibu yang peduli anak-anak susah,
dengan jerih payah si ibu memmbing dan mengajariku,
bagaimana membaca, menulis, dan berhitung,
agar kelak aku bisa mencari nafkah,
bukan sekedar mengais di bak sampah,
mak,
kelak ketika aku bisa cari duit,
aku berjanji akan lebih bisa hidup mandiri,
tak tergantung belas kasih orang,
dengan menengadahkan tangan,
mak percayalah,
walau aku tak sekolah akan kujunjung etika dan norma,
karena aku tahu,
disampingku ada Dia,
yang senantiasa mendampingiku selalu,
mak,
jangan susah pintaku.



yogya, 8 agust 08

Rabu, 03 September 2008

bunda

bunda

bunda,
maaf hari ini anakmu tak bisa pulang cepat,
tuk membawa obat bagi bunda,
hari ini ada operasi razia,
dan anakmu harus pandai melompat-lompat,
tuk menghindari kejaran dan perangkap mereka,
pol pepe yang dengan bengisnya menghardik anakmu,
dan mengejarnya sampai lubang tikus,
bunda,
untung anakmu selamat,
meski harus berlarian dengan nafas tersengal,
jangan kawatir bunda,
aku kan pulang membawa obat,
aku tak mau,
bunda "pulang" cepat meninggalkanku,
aku tak mau menjadi jatim piatu,
bunda,
percayalah anakmu pasti bisa,
membawa obat walau hanya setengah resep,
karena itu yang ku mampu tuk hari ini,
tapi keberjanji,
esok kan kubawa obat, susu dan buah kesukaan bunda,
bunda,
percayalah bunda pasti sembuh,
percayalah bunda,
Tuhan masih sayang sama kita,
walau kita orang tak punya,
Tuhan sayang sama orang miskin,
kaum papa yang terpinggirkan,
bunda,
doakan anakmu,
aku segera pulang,
dengan susu dan obat di tangan.


Yogyakarta 04082008