Minggu, 31 Agustus 2008

puisi ( puasa hati)

puasa hati


satu september dua ribu lapan,
ketika orang tertunduk lesu,
ketika mereka tengah menanti sirene gaung,
pertanda berbuka tiba,
aku berpikir,
dan bertanya,
adakah cukup bagiku,
dan bagi semua orang,
puasa menahan lapar,
sementara hati ini bergejolak,
untuk memenuhi kebutuhan nafsu duniawi,
karena tuntutan era konsumerisme dan konsutifisme,
ketika hati bergejolak mencari peluang untuk berselingkuh,
dengan nafsu birahi melanggar norma kehidupan,
ketika para wakil rakyat bergairah untuk membodohi rakyat,
dengan saling berselingkuh dan saling melirik,
dan bersepakat bertindak bejat,
menggerogoti uang negara dengan dalih demi kepentingan rakyat,
cukupkah aku dan mereka,
berpuasa menahan lapar dan dahaga,
sementara rakyat banyak menderita,
karena ulahku dan ulah mereka yang tak bermartabat,
tidak,
aku harus manahan hati yang bergejolak,
aku harus bersembah total dihadapanNya,
aku harus puasa hati,
untuk tidak berkata jorok, fitnah, dengki dan iri hati,
untuk berselingkuh dengan kedurhakaan,
puasa hati membersihkan diri,
dari nafsu duniawi dan nafsu kedagingan,
yang mampu membawaku dan membawa mereka kekeheningan,
yang mampu menciptakan kesadaran akan berkeTuhanan,
puasa hati menyejukkan segalanya.


Yogyakarta 1 September 2008.

Jumat, 29 Agustus 2008

dimana engkau?

di keheningan malam,

ketika hati ini tengah galau,

kucari Engkau,

tapi tak kutemukan,

kucoba kosongkan pikiran,

tundukkan alam,

bungkam segala asa,

dan hanya terpaku pada satu asa,

harapan untuk bertemu denganMu,

kucari Engkau,

dimana,

ketika semilir angin lembut,

mengusap kulitku yang semakin merinding,

akupun tersadar,

dan kutemukan Engkau,

ternyata ada dalam pikiranku,

karena Engkau ada dalam hati yang bening,

terima kasih Engkau ternyata ada,

disisiku,

kapanpun juga,

karena Engkau dengan kasihMu yang tak mengenal batas,

inginkan aku selalu selamat dalam dekapanMu.

Yogya 30082008.