Minggu, 05 Oktober 2008

maaf mak, aku tak mudik

maaf mak, kali ini aku tak mudik,
ini kataku untuk kesekian kali setiap menjelang musim mudik,
bukan karena aku tidak rindu kampung halaman,
bukan karena aku tak punya sanak kerabat dan handai tolan,
bukan karena aku tak mempunyai kenangan di kampung halaman,
bukan karena aku tak punya kawan untuk pulang,
bukan,
bukan karena semua itu,
tapi,
karena begitu besar beban kehidupan yang kusandang,
tahun lalu hunian dimana aku numpang berteduh digusur sat pol pepe,
tak terkecuali bekal untuk pulang ikut "terbawa" mereka,
tahun lalunya aku terkena razia ketika lagi ngamen di perempatan jalan,
tahun lalunya lagi aku terkena sakit karena kurang gizi,
dan tahun ini mak, anakmu memang tak punya uang buat oleh-oleh emak, duit yang terkumpulpun berantakan,
padahal selama ini aku katakan pada emak,
aku enak hidup di Jakarta,
sebagai karyawan di sebuah perusahaan besar,
tapi maaf mak,
semua itu aku sampaikan,
agar emak tidak punya beban berat memikirkan anakmu ini,
sehingga akupun berusaha keras untuk selalu mengirim uang,
sebagai baalas budiku sebagai anak,
agar emak hidup lebih nyaman,
tapi mak,
saat ini aku tidak lagi bisa berbohong,
sesungguhnya anakmu hanyalah bagian dari sampah masyarakat,
(ini kata mereka mak,
pada hal aku korban keserakahan segelintir orang),
yang pernah merebut masa depanku dengan memasukkan aku kedunia gelap,
dengan menjadikanku kurir pergadangan psikotropika,
dunia narkoba yang membuatku terlena,
pengakuan ini aku sampaikan mak,
agar kelak kalau aku dipanggil,
tak ada lagi beban dosa dihatiku,
maafkan mak, maafkan aku,
maafkan
(tak terasa air mataku menetes membasahi pipi,
untuk kali pertama,
setelah selama ini aku terkungkung kehidupan kelam)


yogya, pasca lebaran 2008.